Era overload informasi menciptakan hegemoni baru bagi cara berfikir masyarakan postmodern, sayangnya membludaknya informasi tidak membuat orang semakin pintar tapi sebaliknya. Akan sangat berbahaya jika saat ini orang menyejajarkan informasi dengan pengetahuan

Sudah berapa kali anda berfikir setiap hari? pernahkan menghitungnya?. Plato meyatakan berfikir merupakan aktifitas paling tinggi, berfikir merupakan cara menyadarkan diri dari ketidaktahuan, disitulah letak seluruh proses akal dan masuk akal. Setelah berfikir ada cara meningkatkannya, yaitu "diskusi" atau memperbincangkan suatu objek tertentu. Berdiskusi akan mengajak pikiran untuk melakukan penalaran. Tahapan ini akan dirasakan jika manusia menyadari bahwa dirinya berfikir dan otak melakukan aktifitas berfikirnya sendiri. Sejak ditemukannya cara berfikir, barat menyebutnya Hermeneutics orang berlomba-lomba menyusun cara berfikir mereka sendiri dan menjelaskan cara mereka kepada orang lain. Akhirnya manusia sekarang menerima berbagai cara berfikir orang yang menyatakan memiliki cara berfikirnya sendiri, untung saja Dewa Hermes [sang penyampai pesan: Mitos Yunani] tidak lahir di masa sekarang.  Ia sudah digantikan fungsinya oleh smartphone.

Sudah berkali-kali sejarah dimuat ulang, disajikan ulang sebagai pengingat atau sebagai perinsip yang harus dilakukan. Sejarah belum tentu benar, manipulasi dan ego penulis sejarah menyertai terjadinya Dunia saat ini. Misalnya, Jika saja di jaman Thomas Raffles sudah ada Facebook atau Blogger, mungkin sejarah Indonesia akan lebih banyak di share dan diposting ulang, sayangnya tulisan yang sudah ditulis Raffles sudah banyak diamini masyarakat, tulisannya menyejarah. Thomas Raffles memilliki cara berfikir ia sebagai penulis. Ia berkeliling Indonesia lalu menuliskannya, ia dijuluki sejarawan Indonesia. 

Informasi dan Strukturalisme

Faoucault mengenalkan konsep Post-Structural sebagai perlawanan dari structuralism, yaitu paham yang mendasarkan pada adanya yang sekarang adalah dari srtuktur yang lampau padahal kenyataannya adalah yang lampau itu hanyalah faktor-faktor pembentuk yang sekarang ini [Nietczhe]. Post-structuralist mencoba menyanggah tentang suatu objek dimasa sekarang ini "ada" karena "ada"nya masa lampau terstruktur. Namun yang dijadikan tujuan adalah untuk memperjelas bukti adanya faktor pembentuk dari masa lalu, bukan akibat tapi faktor-faktor yang membentuk. 

Informasi hanyalah sebuah fenomena-fenomena yang diberitakan, bukan suatu pengetahuan yang dalam. Contoh peristiwa tenarnya lagu "Despacito di sudut pedesaan" bukanlah pengetahuan, hanyalah  menginformasikan kepada khalayak bahwa ada musik bikinan barat yang dinilai aneh namun sebenranya itulah trik pemasaran mereka, semakin orang menganggapnya aneh semakin orang mengingatnya. 
Baca berita disertai analisis, jangan asal, jangan sembarangan. Informasi dari media, berita akan menentukan tindakan anda selanjutnya. Misalnya anda membaca "begini cara ampuh memunculkan motivasi" setelah anda baca, apa yang akan anda lakukan? mengikutinya atau mengabaikannya, selisihnya sangat tipis. 

Informasi memiliki struktur yang jelas, informasi bisa membuat anda berada dalam strukturnya, berita duka di Indonesia bisa menyebabkan anda menangis di China. Strukturnya sedang beroperasi mempengaruhi pikiran massa.

Kedaulatan Berfikir  Diantara Informasi

Bisakah kita membebaskan diri dari pikiran publik? tidak. Publik, media sedang berlomba lomba mendominasi massa agar menjadi pengikutnya, Twitter merupakan cara terstruktur untuk menciptakan followers, media besar menggunakan Twitter untuk memperbanyak dominasi mereka. Sekali saja menjelajah dengan applikasi itu, anda sudah menjadi bagian dari pelanggan setia sebuah media. Benarkah semua media tidak baik? tidak. Sebuah media pemberitaan memiliki aktualitas dan faktualitas disertai kualitas yang berimbang. Setidaknya anda mempertanyakan tentang pertanyaan yang beroperasi dalam berita tersbut bila kedaulatan berfikir anda bebas. Bisa anda ajukan pertanyaan, Pertanyaan apa yang ada diberita ini? mengapa diberitakan begini? dari dua pertanyaan ini bisa menelanjangi berita, fakta dan manipulasi didalamnya.

Sebelum mengajukan pertanyaan lebih mendalam, selidiki kembali bagaimana cara anda mengkonsumsi informasi, memprosesnya hingga menjadi tindakan. Dan bagaimana tidakan kita sering dipengaruhi informasi yang baru saja didapat. Apa yang bisa mengatasi "informasi yang beroperasi pada tindakan kita?" kesadaran. Mengetahui keberadaan sangatlah penting, untuk megetahui sejauh mana tindakan kita dengan informasi yang baru saja didapatkan. 
Sebaiknya perlakukan data, perlakukan informasi dan temukan pengetahuan. Tindakan akan lebih berarti jika diawali dengan proses kesadaran dan berfikir. Menyadari tindakan dengan memikirkan kesadaran. 

[Postcript]
Sejauh mana informasi menentukan tindakan, masihkah melakukan tindakan dengan informasi atau melakukan penalaran atas informasi. Semuanya dilakukan dengan menyadari bahwa kita diciptakan untuk berfikir dan bertindak. 

Sudahkan anda berfikir hari ini?

Alvarisi
Penulis | Temanmu | Tinggal di Dunia Maya